Cara Menuntut Kenaikan Gaji Berdasarkan Aturan Hukum
Buruh Asahan - Ketika kita membicarakan soal kenaikan gaji, ini selalu jadi topik sensitif baik di kalangan pekerja maupun pengusaha. Apakah kamu pernah merasa sudah memberikan yang terbaik di tempat kerja tapi kenaikan gaji tak kunjung datang? Saya juga pernah di posisi yang sama. Di sinilah pentingnya kita memahami aturan hukum ketenagakerjaan terkait kenaikan upah agar kita tahu apa yang sebenarnya menjadi hak kita.
Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan, ternyata tidak ada ketentuan yang mengatur secara tegas mengenai persentase kenaikan gaji. Jadi, kalau kamu bertanya berapa persen minimal kenaikan gaji yang wajib diberikan perusahaan, jawabannya adalah... tidak ada. Kenaikan upah ini sepenuhnya tergantung kebijakan antara kamu dan perusahaan. Kalian berdua perlu memperjanjikannya, entah dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Namun, walau tidak ada aturan baku, bukan berarti kamu tidak bisa menuntut kenaikan gaji. Saya akan membagikan beberapa langkah praktis yang bisa diambil jika kamu merasa pantas untuk mendapatkan kenaikan gaji tapi belum mendapatkannya.
Pentingnya Struktur dan Skala Upah di Perusahaan
Di perusahaan saya yang lama, ada satu hal yang selalu saya anggap remeh—struktur dan skala upah. Saya pikir itu hanya formalitas belaka. Ternyata, menurut Pasal 5 Permenaker 1/2017, perusahaan wajib menyusun struktur dan skala upah. Ini penting banget, karena kalau perusahaan nggak punya pedoman soal ini, bisa menimbulkan ketidakadilan dalam pemberian gaji.
Saya dulu berpikir, "Ah, saya sudah kerja keras, mestinya langsung dapat kenaikan gaji." Tapi ternyata perusahaan punya cara sendiri untuk menilai produktivitas karyawannya. Struktur dan skala upah ini dibuat sebagai dasar untuk menetapkan besaran upah yang adil. Jadi, setiap perusahaan sebenarnya punya semacam panduan tentang bagaimana cara mereka menentukan gaji para pekerjanya.
Yang lebih penting lagi, struktur ini juga bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara gaji tertinggi dan terendah. Bayangkan, jika di perusahaanmu ada karyawan yang sudah bekerja bertahun-tahun, tapi gajinya tidak jauh berbeda dengan karyawan baru, pasti akan ada ketidakpuasan. Itulah kenapa struktur ini sangat penting untuk diatur dengan baik.
Peran Produktivitas dan Prestasi Kerja dalam Kenaikan Gaji
Nah, salah satu faktor yang sering dilupakan oleh kita sebagai pekerja adalah pentingnya produktivitas. Di tempat kerja, seringkali saya berpikir bahwa jam kerja yang panjang dan kesibukan yang terlihat jelas sudah cukup untuk menunjukkan kerja keras saya. Tapi ternyata, perusahaan lebih fokus pada hasil akhir atau produktivitas. Menurut aturan, pengusaha harus meninjau ulang upah secara berkala dengan mempertimbangkan produktivitas dan prestasi kerja. Jadi, bukan cuma soal berapa lama kamu bekerja atau seberapa keras kelihatannya, tapi seberapa besar dampak yang kamu berikan ke perusahaan.
Saya pernah mengalami hal ini. Saat itu, saya merasa sudah bekerja mati-matian. Tapi, kenyataannya hasil kerja saya kurang efektif. Saya ingat, saat evaluasi tahunan, bos saya berkata, "Kamu memang bekerja keras, tapi kita juga harus melihat hasil akhirnya." Di sinilah saya belajar bahwa hasil kerja lebih penting daripada seberapa keras kita bekerja. Hal ini sejalan dengan aturan yang menyatakan bahwa kenaikan gaji harus mempertimbangkan produktivitas.
Tips: Jika kamu ingin kenaikan gaji, jangan cuma fokus pada jam kerja. Pastikan bahwa kamu memberikan hasil yang nyata dan terukur. Misalnya, jika kamu bekerja di bagian penjualan, tunjukkan peningkatan penjualan atau pencapaian target sebagai bukti produktivitasmu.
Sanksi Bagi Perusahaan yang Tidak Mengikuti Aturan
Tapi, jangan salah! Jika perusahaan tidak menyusun struktur dan skala upah sesuai aturan, ada sanksi yang bisa dikenakan. Menurut Pasal 21 ayat (1) dan (2) PP Pengupahan, perusahaan yang melanggar ini bisa kena teguran tertulis hingga pembekuan kegiatan usaha. Jadi, kalau kamu merasa gajimu tidak sesuai atau tidak ada kenaikan selama bertahun-tahun, bisa jadi ada pelanggaran di sana. Coba cek apakah perusahaanmu sudah memiliki struktur dan skala upah yang jelas dan sesuai aturan.
Pernah saya berada di posisi di mana perusahaan mengabaikan aturan ini, dan ternyata banyak dari kami yang gajinya tidak naik selama bertahun-tahun. Setelah kami melakukan diskusi dengan HR, barulah mereka menyusun struktur upah yang jelas, dan akhirnya kami semua mendapat kenaikan gaji sesuai produktivitas masing-masing. Memang butuh kesabaran, tapi ini penting untuk dipahami dan diperjuangkan.
Bagaimana Jika Kenaikan Gaji yang Dijanjikan Tidak Terjadi?
Sekarang, bagaimana kalau kamu sudah dijanjikan kenaikan gaji, tapi kenyataannya tidak dipenuhi? Ini pernah terjadi pada saya juga, dan ini mungkin salah satu momen paling frustrasi dalam karir saya. Setelah melewati masa percobaan selama tiga bulan, saya dijanjikan kenaikan gaji. Tapi, saat waktunya tiba, kenaikan gaji yang saya tunggu-tunggu tidak juga datang. Perasaan marah, kecewa, dan tidak dihargai itu benar-benar membuat saya tidak nyaman.
Langkah pertama yang saya lakukan adalah berdiskusi dengan atasan langsung. Ini adalah pendekatan yang paling masuk akal dan biasanya menjadi jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah. Saya sampaikan bahwa saya merasa layak mendapatkan kenaikan gaji sesuai dengan janji awal, dan ternyata, setelah diskusi yang panjang, ada miskomunikasi yang terjadi.
Jika diskusi dengan atasan tidak membuahkan hasil, kamu bisa membawa masalah ini ke tahap berikutnya. Menurut UU PPHI (Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial), jika terjadi perselisihan hak—seperti kenaikan gaji yang dijanjikan tapi tidak dipenuhi—kamu punya hak untuk mengajukan penyelesaian. Awalnya, kamu dan perusahaan akan diminta untuk melakukan perundingan bipartit. Ini adalah perundingan antara kamu dan perusahaan, yang harus selesai dalam 30 hari kerja.
Perundingan Bipartit dan Mediasi
Bicara soal bipartit, saya punya pengalaman pribadi yang cukup berkesan. Saat saya dan rekan-rekan kerja merasa gaji kami tidak sesuai dengan hasil kerja kami, kami mengajukan perundingan dengan perusahaan. Awalnya, saya pikir prosesnya akan cepat dan mudah. Namun, ternyata tidak demikian. Kami harus melakukan beberapa pertemuan, dan itu memakan waktu.
Di salah satu pertemuan, saya hampir kehilangan kesabaran karena merasa tuntutan kami tidak dianggap serius. Tapi, dengan sedikit kesabaran dan ketegasan, akhirnya perusahaan setuju untuk meninjau ulang gaji kami.
Jika perundingan ini gagal, langkah selanjutnya adalah mediasi yang difasilitasi oleh instansi ketenagakerjaan setempat. Mediasi ini biasanya melibatkan pihak ketiga yang netral untuk membantu menyelesaikan masalah. Dan, jika semua upaya ini gagal, kamu punya hak untuk membawa kasus ini ke Pengadilan Hubungan Industrial.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Dari pengalaman saya, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik terkait kenaikan gaji:
Komunikasi adalah kunci
Jangan ragu untuk menyampaikan apa yang kamu rasakan kepada atasan atau HR. Kadang, masalah gaji bisa diselesaikan dengan diskusi yang terbuka.
Produktivitas lebih penting daripada lama bekerja
Bekerja keras saja tidak cukup. Kamu harus menunjukkan hasil nyata yang bisa diukur.
Jangan takut untuk memperjuangkan hakmu
Jika kamu merasa tidak diperlakukan dengan adil, ada jalur hukum yang bisa kamu tempuh, mulai dari bipartit hingga pengadilan.
Terakhir, saya ingin menekankan bahwa dalam dunia kerja, kenaikan gaji bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Kamu harus memperjuangkannya, tapi pastikan kamu melakukannya dengan cara yang benar, berbasis pada komunikasi dan aturan hukum yang berlaku.
Jadi, apakah kamu sudah siap memperjuangkan kenaikan gajimu?